Pagi itu masih diselimuti gerimis, suasana hening dan tampak sepi, kutarik kembali selimut di badanku, kuperbaiki lagi posisi bantalku, sejenak, sebelum akhirnya terbangun, suara tangisan terdengar keras di telinga, kukira hanya sebatas mimpi, pada akhirnya itu memang terjadi.
Ku berlari dari kamarku,
Bergegas menuju rumah yang satu, Tuhan, itu nyata dan aku masih belum percaya, sudah sering antan patah lesung hilang, tapi ini yang paling menyakitkan, seketika orang bak anai-anai bubus, menyaksikan seorang insan dipanggil Tuhan, pergi tanpa pamit dan takkan pernah kembali lagi.
Dunia serasa hampa dan tak berdaya, kepergianmu awal hilangnya dari separuh cahaya, meninggalkan kenangan yang mendalam, tanpa disadari waktu telah berlalu, dalam hidup yang fana penuh tipu, ku selalu bertanya, apa kabar di sana? kutitip doa dalam selingan ibadah, berharap kita bertemu dalam waktu yang sama.
(Puisi untuk Ayahku tercinta yang telah tiada pada 27 Januari 2019)
Penantian yang Terlewati
Karya: Andika Sutra, S.Pd.
Inilah sebuah kisah perjalanan, dari seorang Pujanggan dirundung penyesalan, mencari daksina dari perjuanan, tapi melewati sebuah kesempatan, tidak memikirkan semuanya dengan ranum, pada akhirnya menangis sesal tak berujung. Waktu terus berjalan tanpa henti, begitu banyak kisah yang dilewati, lingkaran kehidupan yang selalu berputar, menjadikan hidup berubah tak sesuai takar, pengharapan yang terukir dari angan-angan, terkadang tak sesuai dengan kenyataan. Pujanggan itu saban hari menuliskan syairnya, hingga lupa bahwa hidup masih tersisa, disadarkan ombak yang menerpa, terbentur karang dan pasir bentala, kini, pujangga nit uterus berjalan, menunggu anugerah adiwarna dari Tuhan.
Di mana Kebahagiaan Itu?
Karya: Andika Sutra, S.Pd
Ku masih mencari pelangi senja, kata orang sangatlah indah. Ku masih mencari mutiara di lautan, kata orang warnanya sungguh menaan. Aku masih terus belajar tentang menunggu, kata orang hasilnya sangatlah mengagumkan. Setiap ku bertanya pada rembulan malam, di mana bintang yang sinarnya menyilaukan? Setiap kubertanya pada ranting pepohonan, di mana burung bersayap indah itu beterbangan? Aku seperti orang gila yang kehilangan akal sehat, selalu bertanya tentang di mana itu kebahagiaan? Aku masih terperangkap dalam lembah hitam, menunggu yazma sebagai penunjuk arah jalan. Aku masih mencari arti kebahagiaan, sebuah makna yang menimbulkan keindahan. Aku masih terus berjalan dalam gemerlapnya malam, mencari kehangatan dari matahari dan rembulan. Ku bertanya pada merpati yang setia, di mana bahagia itu berada? Ku bertanya pada senyuman lukisan wajah, kebahagiaan itu datang dari mana? Aku belum menemukan jalan yang tepat, hingga ku selalu bertanya agar tidak sesat.
BIONARASI PENULIS
Andika Sutra adalah pemuda asal Nagari Tanjung Lolo tepatnya di Jorong Bukit Sebelah yang hobi menulis puisi, cerpen, esai, dan cerita rakyat. Andika yang sering dipanggil “Dhika, Dhik, dan CN ini bercita-cita menjadi dosen. Andika menempuh pendidikan S1 di UMMY Solok dengan Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia. Dengan hobinya menulis, Andika pernah menjadi penulis terbaik nasional dalam kegiatan Fenusa (Festival Menulis Nusantara) Tahun 2023 kategori lomba cipta puisi, kemudian Ia juga aktif menulis cerita rakyat dengan menelusuri beberapa daerah di Kabupaten Sijunjung untuk mencari informasi seputar legenda yang ada di daerah tersebut. Cerita itu nantinya akan dibukukan dengan judul “Alkisah dari Ranah Sijunjung.” Andika juga sering mengikuti seminar internasional yang membahas bahasa Indonesia untuk penutur luar negeri. Selain bertugas di SMKN 4 Sijunjung yang pernah mengampu mata pelajaran Muatan Lokal Keminangkabauan, Andika juga seorang Tutor di PKBM Nurul Ihsan Tanjung Gadang yang mengampu mata pelajaran bahasa Inggris.







