Ketika terjadi insiden patah palang pintu, Zul tidak tinggal diam. Zul akan segera berlari ke arah jalur yang tidak terhalangi palang pintu. Berbekal rambu forbidden dan bendera merah, Zul kemudian menutup jalan agar tidak ada kendaraan yang menerobos saat kereta api lewat.
“Kita tentunya tidak ingin terjadi insiden,” sebut Zul.
Selain kejadian itu, di perlintasan juga kerap ditemui pengendara yang terjatuh akibat slip melewati rel. Terutama di saat hujan. Rel akan licin, ditambah lagi posisi rel yang merintangi jalan.
“Kalau lewat sini, pengendara motor harus hati-hati, mengambil jalannya tidak lurus, tapi sedikit membelokkan kendaraan,” sebut Zul.
Zul setiap hari selalu mendapati kasus pengendara yang jatuh akibat melewati rel. Pengendara kemudian ditolong Zul.
“Dalam sehari rata-rata terjadi lima kali kasus pengendara yang jatuh akibat licin,” kata lelaki dua anak itu.
Zul bekerja secara shift. Lelaki yang berdomisili di Lubuk Minturun itu kebagian shift pagi. Bertugas dari pukul lima subuh hingga pukul satu siang. Dari subuh hingga siang, sebanyak 12 kali kereta api melewati jalur Lubuk Buaya. Sedangkan shift siang hingga pukul sepuluh malam, sebanyak 13 kali kereta api lewat, seperti dari arah Bandara, atau dari Tabing.
Lelaki jebolan sarjana ekonomi manajemen Unitas itu mengaku senang menjadi penjaga perlintasan. Baginya pekerjaan itu cukup mulia. Membantu siapa saja agar tidak tertabrak kereta api.
Zul adalah pahlawan. Menyerahkan segala kemampuan dan waktunya untuk keselamatan masyarakat. Pekerjaan ini harus tetap dilakoninya, meski nanti sudah berusia tua. Selamat Hari Pahlawan. (*/001)






