“Sekarang kita ada di Batavia, Hindia Belanda jika kau lupa. Sebaliknya jika kau memberi tau semua informasi yang kau tau, kau tidak akan dieksekusi. Jadi sekarang ceritakan semua yang kau tau!”
Tandey mengucapkannya sambil menunjuk-nunjuk dahi Gregor. Setelah diancam eksekusi keberaniannya Gregor mulai goyah, terlebih karena orang yang mengancamnya adalah aparat negara yang sudah pasti tidak berbohong.
Dalam benaknya dia sangat takut jika dieksekusi. Bukan karena takut kehilangan keluarga atau kerabatnya, tapi takut dengan rasa sakit dan wujud dari kehidupan selanjutnya yang belum dia ketahui seperti apa bentuknya.
“Ba-baiklah. Aku akan membeberkan semua informasi yangku tau padamu. To-tolong, jangan eksekusi aku (Gregor mulai menangis). Aku masih ingin bertemu keluargaku. Aku akan melakukan apa pun yang kau perintahkan padaku, aku kalah darimu. Tolong ampuni aku.”
Tandey tampak tidak memedulikan permohonan Gregor. Dia malah kembali menendang Gregor lalu menarik kerah bajunya dengan sangat kasar.
“Kau sangat bodoh, sampai-sampai kau merendahkan harga dirimu sendiri hanya untuk meminta ampunan (Tandey menghantamkan kakinya ke perut Gregor sampai dia muntah darah).”
“Dasar makhluk rendahan (Tandey melayangkan tinjunya ke dada Gregor). Aku heran kenapa ibumu membesarkan sampah seperti ini.”
“Aku juga yakin kau meminta ampunan padaku hanya karena kau takut pada rasa sakit dan yang kau katakan barusan kalau kau masih ingin bertemu keluargamu adalah sebuah kebohongan agar aku mengasihanimu kan?”
“Te-tentu saja. Ti-idak. Tu-tuan.”
Gregor menjadi gagap karena ketakutan. “Cuih (Tandey meludah ke wajah Gregor). Lupakan itu, sekarang ceritakan semua yang kau tau!”
Sebenarnya Gregor hanya mengarang semua informasi yang dia beberkan pada Tandey. Karena dia tidak mau menghianati teman-teman seperjuangannya. Tapi, ada hal yang tidak dia ketahui tentang rencana Tandey.”
Gregor berhasil mengelabui Tandey…
***
“Akhirnya aku bisa pulang ke rumahku di Irlandia Setelah lama menjadi buronan negara.”
Gregor mendekat ke pintu rumah lalu mengetuknya, tapi tidak ada yang membalas atau membukakan pintu, dia sudah mengetuk berkali-kali tapi tetap tidak ada respons.
Gregor mulai panik memikirkan keadaan keluarganya, karena itu dia mencoba membuka paksa pintu rumahnya. Setelah beberapa saat berusaha membobol pintu rumahnya sendiri akhirnya dia berhasilnya dan alangkah terkejutnya dia melihat pemandangan yang sangat mengerikan.
“Agrhaaaaaaa, ghaaa, haaaaaaa, kha-kha-kha. Istriku. Anak-anakku!!” Istri dan kedua anak Gregor mati mengenaskan. Mereka termutilasi sebagian.
Sang istri di gantung di dinding dengan tali yang mengikatnya. Kedua anaknya juga mengalami nasib serupa, tapi bedanya tubuh merela dibakar.
Gregor hanya bisa menangis kencang tanpa bisa berbuat apa-apa. Dia menangis-menangis dan terus menangis bahkan dia sampai mencungkil kedua bola matanya karena tak kuasa melihat pemAndangan yang sangat mengerikan di hadapannya, membuat darah yang mengalir dari lubang matanya menggantikan air mata yang seharusnya keluar.
“Oi. Berisik, bajingan.” Ucap seseorang di belakangnya. Doooor!! Dooor !Door !Dor!
“Kau komunis Yahudi, memang sudah pantas mendapatkan ini. Dasar bajingan!”
Seorang pria misterius datang dari belakang, lalu menembak kepala Gregor berulang kali dengan revolver.
Ekspresinya seperti orang tidak bersalah, begitu juga dengan tindakannya yang langsung pergi meninggalkan rumah Gregor setelah mengumpat, seperti tidak ada yang terjadi hari ini.
Sepertinya, dia sudah dilindungi hukum yang korup, jadi bisa sesantai itu. Di sisi lain, darah Gregor yang berceceran dilantai membuat lantai dirumahnya semakin merah merona karena darah yang sangat segar keluar dari kepala Gregor lalu bercampur dengan darah Istrinya yang malang. ***
Rasisme bisa berujung pada tindakan tidak terpuji dan jauh dari jalan Allah. Sekalipun Anda melakukannya tidak secara fisik, Rasisme juga bisa menyebabkan mental seseorang turun drastis dan berujung bunuh diri. Jadi, stop tindakan Rasisme di lingkungan sekolah, masyarakat, atau dimanapun kita berada demi terhindar dari sifat egois dan sombong.







