Mendapo Sungai Penuh terdiri dari lima dusun yang berada di sepanjang aliran Sungai Bungkal, yaitu Dusun Pondok Tinggi, Dusun Sungai Penuh, Dusun Baru, Dusun Bernik, dan Dusun Empih. Oleh karena terdiri dari lima dusun Mendapo Sungai Penuh seringjuga disebut sebagai Mendapo Limo Dusun.
Mengapa dinamai Mendapo Sungai Penuh bukan Mendapo Pondok Tinggi?
Hal ini karena penamaan mendapo didasarkan pada dusun yang menjadi pusat atau balai pertemuan pemimpin (depati) di antara dusun-dusun tersebut. Di Wilayah Mendapo Sungai Penuh, di Dusun Sungai Penuh lah terdapatnya tanah mendapo yaitu tempat pertemuan depati di lima dusun tersebut.
Di mendapo lain juga demikian, misalnya Mendapo Hiang, padahal terdiri dari Dusun Hiang Tinggi, Dusun Betung Kuning, Dusun Koto Baru, dan Dusun Ambai. Akan tetapi dinamakan Mendapo Hiang karena di Dusun Hiang Tinggi lah tempat balai pertemuannya atau pusat mendaponya.
Pada tahun 1910 di Zaman Belanda, pusat ibukota onderafdeeling Korintji dipindahkan dari Sanggaran Agung ke Mendapo Sungai Penuh. Di saat itu, Belanda mulai membangun infrastruktur seperti pasar, sekolah, rumah sakit, dan gedung-gedung pemerintahan yang berlokasi antara Dusun Sungai Penuh-Pondok Tinggi-Dusun Baru. Sejak saat itu Mendapo Sungai Penuh menjadi ibukota onderafdeeling hingga menjadi afdeeling Kerinci.
Status ibukota pemerintahan ini bertahan hingga zaman kemerdekaan, meskipun nama Mendapo Sungai Penuh sudah berganti nama menjadi Kecamatan Sungai Penuh. Pada tahun 2008, nama kecamatan ini dijadikan nama Kota yang baru mekar dari kabupaten induknya.
Sungai Penuh yang awalnya hanya nama dusun kini menjadi nama kota yang wilayahnya meliputi 8 kecamatan dan puluhan desa dan dusun. Dulu sempat ada wacana untuk mengganti nama kotanya menjadi Kota Kerinci sesuai nama etnis utama yang bermukim, tapi wacana tinggal wacana. ***







