Ada pula yang harus berjuang dengan keterbatasan fasilitas, menggunakan kapur yang patah dan buku-buku usang, namun semangatnya tak pernah padam. Yang lebih mengharukan, banyak guru honorer yang tetap mengajar dengan bayaran yang jauh dari kata layak, namun memilih untuk bertahan karena ikatan batin dengan murid-muridnya lebih berharga daripada kekayaan duniawi.
Mereka adalah penjaga sumbu api cita-cita, yang rela membiarkan lilinnya sendiri meleleh demi menerangi jalan bagi orang lain. Air mata haru sering menetes bukan karena kesulitan, melainkan karena bangga melihat anak didiknya berhasil, mencapai puncak yang mungkin tak pernah ia sentuh. Kisah-kisah ini adalah monumen pengabdian yang tak tertulis, menjadi pengingat bagi kita semua bahwa profesi guru adalah samudra keikhlasan.
Semangat Baru Pendidikan di Tahun 2025
Menyambut tahun 2025, semangat Hari Guru Nasional harus diisi dengan energi pembaharuan. Era digital dan tuntutan Merdeka Belajar menempatkan guru sebagai agen transformasi. Guru-guru masa kini ditantang untuk tidak hanya menguasai materi, tetapi juga menjadi fasilitator yang adaptif, merangkul teknologi sebagai alat untuk menciptakan pembelajaran yang personal dan bermakna.
Semangat ini adalah tentang keberanian berinovasi, meninggalkan metode lama yang kaku, dan membuka diri terhadap ide-ide baru yang datang dari ruang kelas mereka sendiri. Dengan dukungan penuh dari pemerintah dan masyarakat, guru-guru di Indonesia harus terus didorong untuk meningkatkan kompetensi, menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Harapannya, pada 2025 dan tahuntahun berikutnya, kesejahteraan guru juga semakin ditingkatkan, agar mereka dapat fokus sepenuhnya pada tugas mulia mendidik tanpa dibebani kekhawatiran finansial. Semangat ini adalah janji untuk masa depan yang lebih cerah, di mana setiap guru merasa dihargai dan diberdayakan.
Pada akhirnya, Hari Guru Nasional 2025 adalah ajakan untuk berhenti sejenak, menatap mata para guru kita, dan mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Mari kita jaga semangat mereka, hargai pengorbanan mereka, dan terus dukung peran vital mereka dalam membangun fondasi bangsa. Guru adalah mata air ilmu yang tak pernah kering, dan kepada merekalah kita berutang masa depan.***
Bionarasi Penulis
Andika Sutra adalah seorang gur di SMKN 4 Sijunjung dan juga seorang Tutor di PKBM Nurul Ihsan Tanjung Gadang, Kabupaten Sijunjung. Baginya, menulis merupakan hobi dan ada kesenangan tersendiri terlepas dari Pendidikan Sarjananya yaitu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dengan menulis bisa melepaskan rasa yang ada di hati dan juga sekaligus menyampaikan pesan yang tak tersampaikan oleh lisan.







