Di dalam koper yang dibawa Ning bukan berisi pakaian. Melainkan berisi alat masak listrik, rice cooker mini, dan peralatan memasak lainnya. Bahkan banyak yang terheran-heran dengan besarnya koper yang dibawa Ning.
“Banyak yang bertanya apa isinya, setelah saya jelaskan baru paham,” ujarnya.
Sesampainya di lokasi pameran, Ning kemudian mengeluarkan isi kopernya dan mulai memasak rendang. Beberapa waktu kemudian, wangi khas rendang menguar dan menggugah siapa saja untuk singgah ke stand dan mencicipi rendang yang dimasak.
“Kalau dimasak langsung di lokasi, tamu akan tergugah seleranya untuk mencoba kemudian membeli,” ungkapnya.
Menariknya, setelah tamu mencoba dan membeli, tak jarang yang menghubungi Ning setelah itu. Komunikasi pun terjalin. Rendang milik Ning laris manis.
Selain memasak rendang di lokasi pameran, ternyata Ning juga memadupadankan rendang dengan menu lain. Ning juga menjual rice bowl berisi rendang dengan beberapa varian. Rice bowl yang dibawanya merupakan produk kemasan Kelompok Koperasi Wanita Ikaboga dan disukai para pengunjung.
Agaknya, sebab itu pula, Ning kerap diutus oleh pemerintahan untuk hadir di kegiatan pameran di luar daerah. Sudah seperti “galeh babelok”, selalu hadir di tiap kegiatan. Ning tak segan-segan untuk memamerkan kepiawaiannya memasak rendang. Ning juga pintar “menjual”.
“Kita harus mengenalkan kepada siapa saja bahwa Rendang itu dari sini (Minang), dengan begitu kita sudah ‘mematenkannya’ dan tak bisa lagi dicaplok oleh orang lain,” pungkas Ning sambil mengangkat rendang yang telah masak di kualinya. (*/001)