PADANGPANJANG, KabaTerkini.com – Saat matahari mulai menyingsing di ufuk timur, denyut kehidupan Pasar Pusat Kota Padang Panjang pun berdegup semakin cepat. Setiap Senin dan Jumat, pasar ini menjelma menjadi lebih semarak dari biasanya.
Dua hari itu (Senin dan Jumat) dikenal sebagai Hari Balai atau hari pasar. Pasar penuh sesak dijubeli pedagang dan pembeli dari pagi hingga malam menjelang. Di hari balai ini, apa saja ada. Barang dagangan tumpah ruah, harganya murah meriah.
Hari balai juga jadi momen yang selalu dinanti para penjual dan pemburu kuliner khas Minangkabau, terutama jajanan tradisional yang menggoda lidah dan membangkitkan nostalgia.
Di tengah gempuran kuliner modern dan makanan cepat saji, jajanan tradisional tetap bertahan sebagai primadona. Tampak berjejer rapi di atas tampah yang dialasi daun pisang, kue-kue tradisional disuguhkan diiringi senyum ramah dari para penjual yang setia menjaga warisan rasa ini. Di sini, pasar tak sekadar menjadi tempat jual beli, melainkan ruang pertemuan budaya, kenangan, dan harapan.
Padang Panjang, kota berhawa sejuk yang dikenal dengan pelestarian nilai-nilai budayanya, menjadikan kue tradisional sebagai bagian dari identitas lokal. Lamang tapai, paruik ayam (dikenal di daerah lain sebagai gemblong), lapek bugih, kacimuih, dan kue mangkuk, hanyalah segelintir dari banyak jenis jajanan yang masih digemari lintas generasi.
Yurnalis (55), seorang penjual makanan tradisional asal Panyalaian, Kabupaten Tanah Datar, telah menekuni usaha ini selama lebih dari 15 tahun. Setiap hari balai, ia tak pernah absen membawa dagangannya ke Pasar Pusat Padang Panjang.