Nagari  

Menjaga Pelestarian Makanan Minang Tradisional di Hari Balai Padang Panjang

“Saya sudah lama berjualan kue, dan biasa keliling ke beberapa pasar. Tapi kalau hari balai, saya pasti datang ke sini. Karena ramainya luar biasa. Dagangan saya bisa habis lebih cepat,” tuturnya sembari merapikan tampah berisi kue mangkuk dan paruik ayam.

Keberlangsungan kue tradisional ini tak hanya berkat tangan-tangan terampil para penjual, tetapi juga karena kesetiaan para pembelinya. Mereka datang dari berbagai kalangan dan daerah, bahkan rela menempuh jarak jauh demi mencicipi kembali rasa masa lalu.

Baca Juga  Pemerintah Kembali Berikan 6 Insentif Kepada Masyarakat, Mulai dari Diskon Tiket Pesawat Hingga Tarif Listrik 50 Persen

Salah satunya adalah Yurike (21), mahasiswi asal Bekasi, Jawa Barat, yang sedang menempuh studi di Padang Panjang. Ia mengaku terpikat dengan suasana hari balai dan kekayaan kuliner tradisional yang ditawarkan.

“Di tempat saya tidak ada hari balai seperti ini. Sulit juga menemukan makanan tradisional daerah. Di sini saya menemukan jajanan yang mirip gemblong, tapi ternyata orang sini menyebutnya paruik ayam. Rasanya enak dan unik,” katanya dengan mata berbinar.

Baca Juga  Disergap Satpol PP Padang, Tiga ABG Pelaku Pungli di Jembatan Siti Nurbaya Buat Pernyataan Dihadapan Orang Tua

Pasar dan jajanan tradisional kini menjadi oase budaya di tengah derasnya arus globalisasi. Selama masih ada yang setia membuat dan mencintai kue-kue ini, warisan rasa Minangkabau akan terus hidup, melintasi generasi dan waktu. (*/002)