Politik Uang sendiri sebetulnya merupakan bentuk ketidaksiapan para calon pemimpin yang tidak punya jiwa kepemimpinan, yang tidak bisa bersaing secara sehat dengan beradu argumentasi dan juga memberikan program-program yang masuk akal kepada masyarakat, khusunya kepada generasi muda namun mereka hanyalah orang-orang yang ingin maju karena hanya punya modal uang saja, untuk membeli suara rakyat, yang merupakan hak yang tidak bisa di perjualbelikan dengan uang yang tak seberapa.
Terjadinya fenomena Politik Uang ini, juga menggambarkan bahwasannya, bagaimana peran insan generasi Z dan Milenial yang hanya menyibukkan dirinya sendiri dengan pengetahuannya sendiri, sehingga mulai muncul ketimpangan antara orang terpelajar dan orang yang awam terhadap perpolitikan. Peran penting ini harus diambil alih oleh para kaum terpelajar, kaum generasi Z dan Milenial, agar bisa memberikan pemahaman kepada masyarakat awam, untuk bisa mensosialisasikan bagaimana bahayanya Politik Uang ini, untuk keberlangsungan kota Padang Panjang kedepannya.
Kemudian, untuk fenomena Politik Uang yang telah terjadi, sebagai generasi Z dan Milenial tidak bisa saling menyalahkan satu sama lain, dikarenakan ini hal yang harus menjadi bahan evaluasi tersendiri bagi masyarakat yang memiliki kewajiban untuk memberantas secara tuntas fenomena Politik Uang ini, dan hal ini pula juga yang menjadi PR terbesar untuk masyarakat.
Maka dari itu, atas kejadian yang telah terjadi, terkait Politik Uang ini, harus adanya gerakan sosialisasi yang tidak sekedar omon-omon saja, yang sifatnya memang merangkul dan memberikan pemahaman kepada masyarakat, bukan dengan pencitraan saja, namun dengan memberikan citra yang nyata, yang bisa membawa masyarakat awam untuk menghindari Politik Uang yang menjadi kasus besar di Padang Panjang di dalam Pileg dan Pilkada, yang telah menjadi penyakit di dalam batang tubuh demokrasi kota Padang Panjang ini.
Kemudian, yang terpenting adalah bagaimana seleksi yang seharusnya dilakukan oleh pelaksana Pemilu, agar bisa menyeleksi para calon yang memang kompeten, bukan hanya sekedar bermodalkan uang saja, dan juga peran penting para insan terpelajar untuk bisa saling merangkul masyarakat awam yang menjadi target empuk oleh para oknum pelaku Politik Uang, serta kepada masyarakat umum yang harus saling bahu membahu untuk menolak secara tegas adanya Politik Uang, yang harus menjadi pemantau keberlangsungan Pemilu selanjutnya.
Apakah kita boleh pesimis dengan hal itu? Tentu saja jawabannya tidak. Sebagai Gen Z dan milenial kita dinilai memiliki kecenderungan untuk memberikan kontribusi nyata dengan menolak politik uang tersebut. Kemudahan dalam akses ruang digital dengan mengkampanyekan anto politik uang akan memengaruhi opini publik terhadap calon mana saja yang berusaha memainkan politik uang.
Komentar