KABATERKINI.Com – Kota Padang mempunyai banyak potensi wisata yang dapat dikembangkan, karena memiliki keindahan alam tersendiri. Kekayaan alam yang menawan menjadi daya tarik untuk mengunjungi kota yang terkenal dengan kelezatan masakan khasnya itu.
Ibu Kota Provinsi Sumatera Barat ini menjadi pintu gerbang bagi negara-negara yang berada di wilayah Samudera Hindia, menawarkan segudang aktivitas untuk dicoba dan banyak tempat wisata yang bisa dijelajahi. Salah satunya Desa Wisata Teluk Buo.
Desa Wisata Teluk Buo berada di Kelurahan Teluk Kabung Tengah, Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kota Padang. Desa Wisata Teluk Buo ini memiliki luas area 25,64 km2. Jarak Desa Wisata Teluk Buo dari kantor kelurahan ke kantor kecamatan adalah 3 kilometer, ke Balai Kota adalah 30 kilometer, ke Kantor Gubernur 25 kilometer.
Desa Wisata Teluk Buo berhasil masuk 100 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024. Keindahan hamparan pasir putih dan hijau hutan mangrove menjadikan Pantai Teluk Buo memiliki keindahan sempurna, tentunya menjadi daya tarik tersendiri untuk dikunjungi wisatawan. Kawasan destinasi wisata bahari yang menawan ini berada tersembunyi di balik batu karang Teluk Buo.
Keberagaman hutan mangrove di Desa Wisata Teluk Buo menjadi potensi daya tarik wisata yang dapat dikembangkan sebagai Ekowisata Mangrove Teluk Buo. Desa Wisata Teluk Buo terkenal sebagai kawasan destinasi wisata bahari karena memiliki teluk indah, pantai berpasir putih, dan hutan Mangrove yang eksotis untuk dijelajahi.
Selain itu, berbagai jenis mangrove terdapat di lokasi ini seperti Rhizophora Apiculata, Sonner Atia Alba, Avicenia Cornicullatum, Bruguiera Gymnorrhiza dan Xylocarpus Granatum. Kepala Dinas Pariwisata Yudi Indra Syani menyebutkan Desa Wisata bukan hanya mengundang wisatawan saja, namun juga berfokus sebagai peningkatan ekonomi masyarakat di desa tersebut.
“Alhamdulilah, Desa Wisata Teluk Buo ini didukung dua BUMN yaitu PT Pertamina Integrated Teluk Kabung dan PLN UPK Teluk Sirih yang telah membantu pengembangan Desa Wisata Teluk Buo,” terang Yudi, saat diwawancara, Senin (8/7/2024).
Selain itu, terdapat potensi Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) merupakan sisa pembakaran batu bara PLTU Teluk Sirih yang memproduksi 200 ton sehari. Ini tentunya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan perekonomian seperti berbagai macam produk, misalnya batako.
“Otomatis jika ini kita kembangkan bisa dijadikan penghasilan dan menekan angka pengangguran, ini hal yang menarik. Tak hanya itu, dari Pertamina juga juga membina UMKM yang ada di desa wisata ini, banyak produk yang bisa dipasarkan sehingga ekonomi masyarakat dapat tumbuh dengan baik,” ungkapnya.
Tak hanya itu, keberadaan mangrove di Desa Teluk Buo dapat dijadikan Healing Forest. Hutan memiliki bentang alam hijau dan asri yang dapat memberikan ketenangan pikiran sekaligus meyembuhkan untuk beristirahat sejenak. Bukan hanya sebagai penyembuh bagi manusia, healing forest juga memberikan nilai penting bagi keberadaan hutan sebagai penyimpan karbon dan keanekaragaman hayati.
Salah seorang pengunjung Azkia Ramadiani menyebut Teluk Buo merupakan tempat nyaman untuk ‘Healing forest’, menelusuri hutan mangrove yang dapat memberikan ketenangan. “Heal for rest, sama halnya dengan menyembuhkan diri untuk beristirahat, memberikan ketenangan, merasakan manfaat dari healing. Sehingga kita ingin menambah semangat menjaga hutan dan pesisir. Lebih peduli untuk menjaga lingkungan,” ujar mahasiswi asal Bandung itu. (*/001)