“Hal ini menegaskan betapa pentingnya keterampilan dan kesiapan keluarga serta komunitas, karena petugas penyelamat sering kesulitan menjangkau lokasi dengan cepat,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, ia juga menyinggung kearifan lokal masyarakat Pulau Simeulue, Aceh, yang menggunakan istilah smong untuk menyebut tsunami. Pengetahuan tersebut diwariskan lewat cerita dan nyanyian, dan terbukti menyelamatkan banyak jiwa saat tsunami tahun 2004.
Lebih lanjut Rifqi menambahkan, bencana tidak dapat diprediksi sehingga masyarakat harus menyiapkan langkah antisipasi sejak dini. Salah satunya dengan membuat rencana evakuasi keluarga, baik ketika berada di rumah maupun di luar rumah.
“Selain itu, warga juga disarankan menyiapkan tas siaga bencana (tas sibad) berisi makanan instan, dokumen penting, pakaian ganti, perlengkapan mandi, alat penerangan, serta radio kecil yang dapat digunakan saat darurat,” tukasnya. (*/001)