Dia menambahkan hal ini juga sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam mengantisipasi dampak lanjutan dari gejolak geopolitik dan ekonomi global. Dimana Pemerintah telah memiliki instrumen dalam bentuk devisa hasil ekspor yang ingin ditempatkan di dalam negeri, selain itu Pemerintah menginginkan impor konsumtif dapat ditahan dulu dalam situasi saat ini.
“Untuk itu pengendalian belanja dan import BUMN harus dengan prioritas dan sesuai dengan kebutuhan yang paling mendesak,” imbuh Erick.
Utamanya untuk BUMN-BUMN yang memiliki eksposur import dan memiliki hutang dalam denominasi US Dollar, dirinya justru untuk mengingatkan para direksi BUMN agar lebih awas dan tidak membeli dollar secara berlebihan, dan menumpuk.
Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs).
Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina. (*/001)