Febby Rastanty kemudian membagikan pengalamannya memerankan Hanna, karakter yang terjebak dalam hubungan manipulatif. “Membawa rasa sakit Hanna ke layar lebar bukan hal mudah, tapi itu penting. Banyak orang seperti Hanna yang butuh diingatkan bahwa mereka berhak keluar dari hubungan yang menyakiti mereka,” ungkapnya.
Bio One, dengan gaya khasnya yang santai namun penuh makna, memberikan perspektif tentang perannya sebagai Gani. “Film ini ngajarin kita soal pilihan. Kita bisa memilih jadi orang yang menyakiti, atau memilih jadi orang yang membantu orang lain untuk memulai lagi. Gani adalah contoh bahwa mencintai itu nggak harus buru-buru, tapi harus tulus, bahkan kalau itu berarti menunggu kesempatan kedua.”
Penonton juga berpartisipasi aktif dengan mengajukan pertanyaan dan berbagi pandangan. Salah satu penonton bertanya tentang bagaimana menciptakan karakter Arya, yang begitu realistis sebagai pasangan yang salah.
“Arya adalah refleksi dari banyak pasangan toxic di luar sana. Dia memiliki spektrum autism yang tidak dapat memahami kondisi dirinya sendiri. Merealisasikan karakter-karakter ini adalah tantangan, karena kami ingin penonton memahami sisi kompleks tanpa dijelaskan secara verbal,” jawab sutradara Agung Sentausa.
Penonton lain menyampaikan rasa terima kasih atas cerita yang terasa sangat dekat dengan kehidupan nyata. “Film ini bikin saya sadar bahwa salah memilih pasangan itu bisa terjadi pada siapa saja. Tapi ada harapan, selalu ada jalan untuk keluar dan memulai lagi,” ungkap salah satu penonton yang disambut tepuk tangan meriah.
Kebanggaan di JAFF: Suara Penonton dan Produser Eksekutif Ary Zulfikar, Produser Eksekutif, menutup sesi Q&A dengan menyampaikan rasa bangganya. “Bisa tayang di JAFF adalah kehormatan besar bagi kami. Respon hangat dari penonton membuktikan bahwa cerita ini relevan dan memiliki tempat di hati banyak orang. Terima kasih kepada semua yang sudah hadir dan mendukung film ini.”
Saksikan di Bioskop Mulai 5 Desember 2024 Sampai Nanti, Hanna! adalah pengingat bahwa cinta yang salah bukan akhir dari segalanya. Film ini mengajarkan bahwa keberanian untuk keluar dari hubungan yang menyakitkan adalah langkah pertama menuju kebahagiaan sejati.