Sampah yang berserakan di pantai dan jalan utama harus segera diambil dan dimaaukkan ke dalam karung yang dibawanya di tangan kiri. Sementara tangan kanannya memegang sapu lidi besar. Baju berwarna orange yang dikenakannya menyala terang pagi itu.
Pekerjaan yang dilakoni Ratih sebenarnya adalah pekerjaan selayaknya lelaki. Tetapi Ratih tidak memantang. Apapun pekerjaan, asalkan baik, pasti dilakukan.
Ratih adalah salah satu dari sekian banyak “Perempuan Bersih” yang terdaftar di DLH Padang. Kehadirannya diperlukan.
Ratih dan wanita lain dijuluki sebagai “Perempuan Bersih” bukan tanpa alasan. Ratih adalah contoh wanita yang sampai sekarang masih mau memegang sapu. Di saat wanita “zaman now” lebih memilih memegang handphone dan lipstik, Ratih justru sebaliknya. Dan di saat warga tidur pulas, “Perempuan Bersih” itu sudah bekerja membersihkan kota.
Apalagi di saat Kota Padang akan merayakan Hari Jadinya. Kehadiran Ratih dan pekerja kebersihan lain pastinya sangat diperlukan. Karena sebentar lagi Kota Padang akan kedatangan tamu-tamu penting yang datang merayakan Hari Jadi Kota. Tentunya, wajah kota harus tetap bersih dan terawat.
Waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Saatnya Ratih pulang bersama “Perempuan Bersih” lainnya. Ketika beranjak pulang, satu unit becak motor mendatangi tempat Ratih bekerja tadi. Karung milik Ratih yang berisi sampah dinaikkan ke atas becak motor untuk kemudian diangkut ke atas truk milik “Pasukan Orange” itu. (*/001)