Semua kekhawatirannya perlahan sirna setelah melihat langsung fasilitas yang tersedia kamar tidur yang bersih, makanan bergizi, ruang belajar yang tertata rapi, hingga wali asrama yang mendampingi anak-anak dengan penuh perhatian.
“Makanya, pas tahu tempatnya seperti ini, saya bersyukur sekali. Sekarang malah saya yang semangat terus mendoakan anak agar sukses sekolah di sini,” katanya sambil tersenyum.
Di tengah keterbatasan, ia menyimpan harapan besar agar anaknya bisa menggapai cita-cita menjadi seorang dokter.
“Mudah-mudahan bisa tercapai. Jangan seperti mamahnya yang enggak sekolah tinggi, sejak pukul setengah tujuh pagi sudah bersiap. Sudah saya siapkan semua keperluannya, mulai dari baju, buku, dan perlengkapan lain biar dia semangat sekolah,” tuturnya.
Sementara itu, M. Fajar Al Zikra, salah satu siswa baru, tak bisa menyembunyikan semangatnya. Ia tampak antusias saat mengikuti kegiatan MPLS di hari pertama.
“Seru banget. Banyak teman baru. Campur aduk rasanya, senang tapi juga sedih jauh dari keluarga,” ujar Fajar.
Fajar mengetahui informasi tentang Sekolah Rakyat dari bibinya. Ia pernah meraih peringkat dua saat di sekolah dasar dan ingin kembali berprestasi di tempat barunya.
Ia mengungkapkan cita-citanya ingin menjadi prajurit TNI AL, mengikuti jejak sepupunya.
“Pagi ini saya diantar ibu dan ayah. Ibu bantu usaha katering saudara ayah, sedangkan ayah kerja sebagai kuli,” katanya dengan suara pelan.
Di balik keterbatasan ekonomi mereka, para siswa ini menyimpan tekad dan cita-cita yang besar. Mereka mungkin datang dari keluarga yang tak mampu, tapi mereka membawa harapan yang luar biasa.
Sekolah Rakyat hadir menjadi ruang tumbuhnya harapan dan kepercayaan bahwa setiap anak berhak meraih masa depan yang cerah meskipun dengan keterbatasan ekonomi. (*/001)