Opini  

Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat: Fondasi Generasi Emas

Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat: Fondasi Generasi Emas

Oleh: Dilla, S.Pd.
Guru SMPN 2 Bukittinggi


Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat adalah program unggulan yang diluncurkan oleh Kemendikbud di masa Kabinet Presiden Prabowo Subianto. Program ini hadir sebagai jawaban atas tantangan zaman yang semakin kompleks, di mana generasi muda dituntut tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter kuat dan keterampilan hidup yang relevan.

Program ini lahir dari kesadaran bahwa persaingan global semakin ketat, dan anak-anak Indonesia harus dibekali dengan karakter unggul agar bisa bersaing di tingkat internasional. Perkembangan teknologi yang begitu pesat juga menjadi faktor penting. Anak-anak perlu diajarkan untuk menggunakan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab. Di sisi lain, program ini juga menjadi salah satu cara untuk melestarikan nilai-nilai luhur bangsa seperti gotong royong, toleransi, dan sopan santun.

Baca Juga  Kunci Sukses Itu Adalah "Durator"

Manfaat dari program ini sangat luas. Anak-anak yang menerapkan kebiasaan sehat akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik, baik secara fisik maupun mental. Prestasi akademik pun dapat meningkat karena mereka terbiasa belajar dengan teratur. Kebiasaan baik juga membentuk karakter individu yang mandiri, disiplin, dan bertanggung jawab. Nilai-nilai agama dan moral semakin tertanam dalam diri mereka melalui rutinitas beribadah dan kegiatan positif lainnya. Selain itu, kemampuan sosial mereka juga terasah karena sering bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Baca Juga  Mengenali Karakteristik Ateisme Terselubung

Namun tentu saja, setiap program pasti memiliki tantangan. Jika implementasi hanya bersifat formalitas dan tidak dijalankan dengan sungguh-sungguh, maka manfaatnya tidak akan terasa. Dukungan dari semua pihak sangat penting—orang tua, guru, hingga masyarakat harus terlibat aktif. Standar pelaksanaan yang belum seragam juga bisa menjadi kendala, karena setiap sekolah bisa memiliki interpretasi yang berbeda-beda.